Dalam percakapan sehari-hari dengan kata-kata yang sudah “dimengerti” ATR, bukan ketika sedang terapi atau mengajarkan kata/kalimat baru (maksud “dimengerti”: ATR sudah paham yang kita maksud, walaupun kadang ia bisa merespon dengan kata-kata dan kadang belum bisa)
Untuk itu ATR perlu dilibatkan ke komunitas umum supaya sedikit demi sedikit belajar sampai suatu saat bisa mengejar ketertinggalannya.Jadi perlu pengertian dan kerjasama semua pihak yang terkait dengan kehidupan sehari-hari ATR (keluarga, pengasuh, guru sekolah, terapis wicara, teman-teman, tetangga) untuk:
1. Tidak memandang mereka sebagai anak yang khusus jadi tidak perlu mengajaknya berkomunikasi dengan cara khusus (memperlihatkan gerak bibir, berbicara keras/teriak, bahasa isyarat/gerakan tangan)
2. Memahami keterbatasan komunikasinya karena akibat kelainan pada pendengarannya sehingga belum banyak kosa kata (tetapi umumnya perkembangan intelektualnya biasa) dan berbicara secara normal sebagaimana berbicara pada orang normal,namun terkadang saat berkomunikasi dengan ATR perlu memberinya ruang untuk mengejar ketertinggalannya perkembangan bahasa.
Paradigma yang sangat sulit dirubah di kalangan masyarakat adalah mengubah paradigma dan persepsi kebanyakan orang terhadap anak tuna rungu: Bahwa anak tuna rungu tidak bisa mendengar, sehingga harus bicara berhadap-hadapan dengan perlihatkan gerak bibir, dengan suara keras/teriak, dengan bantuan isyarat/gerakan tangan.Paradigma ini membuat anak tunarungu rendah diri,seharusnya kita perlu membuatnya nyaman berkomunikasi dengan kita.yakinilah bahwa ATR dapat menjalani hidup mandiri kelak,menciptakan suatu hal yang luar biasa.
Sabtu, 18 Desember 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar